Logam golongan platina
Logam golongan platina (disingkat sebagai PGM dari bahasa Inggris: Platinum-Group Metal; nama alternatifnya: platinoid, platinida, platidisa, golongan platina, keluarga platina, atau unsur golongan platina (Platinum-group element, PGE)) adalah enam unsur logam mulia sekaligus berharga yang mengelompok dalam tabel periodik. Seluruh unsur ini merupakan logam transisi dalam blok-d (golongan 8, 9, dan 10, periode 5 dan 6).[1]
Enam logam golongan platina tersebut adalah rutenium, rodium, paladium, osmium, iridium, dan platina. Mereka memiliki kemiripan sifat fisika dan kimia, dan cenderung terdapat bersama-sama dalam deposit mineral.[2] Namun, mereka dapat dibagi lebih lanjut menjadi unsur-unsur golongan platina kelompok iridium (iridium-platinum-group element, IPGE: Os, Ir, Ru) dan unsur-unsur golongan platina kelompok paladium (palladium-platinum-group element, PPGE: Rh, Pt, Pd) berdasarkan perilaku mereka dalam sistem geologi.[3]
Tiga unsur di atas golongan platina dalam tabel periodik tradisional (besi, nikel dan kobalt) seluruhnya bersifat feromagnetik, dan hanya ketiganya yang memiliki sifat ini dalam kelompok logam transisi.
Platina dan aloy kaya platina yang terdapat di alam telah dikenal oleh bangsa Amerika pra-Kolombia selama bertahun-tahun.[4] Meskipun logam ini digunakan oleh bangsa Kolombia, bangsa Eropa pertama yang merujuk platina adalah humanis Italia Julius Caesar Scaliger (1484–1558) dalam tulisannya yang dipublikasikan tahun 1557, sebagai penjelasan logam misterius yang ditemukan ditemukan di pertambangan Amerika Tengah antara Darién (Panama) dan Meksiko ("hingga sekarang tidak mungkin dilebur oleh seniman Spanyol siapapun").[4]
Spaniards menjuluki logam tersebut sebagai platina ("perak kecil") ketika mereka pertama kali menemukannya di Kolombia. Mereka menganggap platina sebagai suatu ketakmurnian yang tidak diinginkan dalam perak yang mereka tambang.[4][5]
Per 1996, aplikasi logam golongan platina terbesar adalah, dalam juta troy ounce/tahun: Pd untuk autokatalis (4470), Pt untuk perhiasan (2370), Pd untuk elektronika (2070), Pt untuk autokatalis (1830), Pd untuk gigi (1230), Rh untuk autokatalis (490), dan Pd untuk pereaksi kimia (230).[1]
Logam golongan platina memiliki banyak sifat katalitik yang berguna. Mereka sangat tahan aus dan noda, membuat platina, khususnya, cocok untuk perhiasan mahal. Sifat-sifat khas lainnya termasuk ketahanannya terhadap serangan kimia, karakteristik suhu tinggi yang sangat baik, dan sifat listrik yang stabil. Semua sifat ini telah dimanfaatkan untuk aplikasi industri.[6]
Bijih sperrylite (platinum arsenida, PtAs2) adalah sumber utama logam ini. Aloy alami platina-iridium, platiniridium, dijumpai dalam mineral cooperite (platinum sulfida, PtS). Platina alami, sering disertai sekelumit anggota keluarganya, dijumpai dalam aluvial dan placer deposit di Kolombia, Ontario, Pegunungan Ural, dan di bagian barat Amerika Serikat. Platina juga diproduksi secara komersial sebagai produk samping pengolahan bijih nikel. Sejumlah besar bijih nikel yang diolah mengungkap fakta bahwa platina hanya menyusun dua per juta bagian dari bijih. Afrika Selatan, dengan kantung cadangan bijih platina di Merensky Reef, kompleks Bushveld, adalah produsen platina terbesar di dunia, diikuti oleh Rusia.[7][8] Platina dan paladium juga ditambang secara komersial dari kompleks batuan beku Stillwater di Montana, AS.
Osmiridium adalah paduan alami dari iridium dan osmium yang ditemukan di pasir sungai jalur platina di Pegunungan Ural dan di Amerika Utara dan Selatan. Sekelumit osmium juga ada dalam bijih jalur nikel yang dijumpai di Sudbury, Ontario bersama dengan logam-logam golongan platina lainnya. Meskipun jumlah logam platina yang dijumpai dalam bijih ini sedikit, volume bijih nikel olahan yang besar menjadikannya memungkinkan secara komersial untuk mendapatkan logam golongan ini.[8][9]
Logam iridium ditemukan bersama platina dan logam golongan platina lainnya dalam deposit aluvial. Logam paduan iridium alami mencakup osmiridium dan iridosmina, keduanya merupakakn campuran iridium dan osmium. Logam ini dapat diperoleh secara komersial sebagai produk samping dari penambangan dan pengolahan nikel.[8]
Rutenium banyak dijumpai dalam bijih bersama dengan logam golongan platina lainnya di Pegunungan Ural dan Amerika Utara serta Amerika Selatan. Jumlah kecil tetapi penting secara komersial juga dijumpai dalam pentlandite yang diekstrak dari Sudbury, Ontario dan pada deposit piroksenit di Afrika Selatan.[8]
Ekstraksi skala industri rodium sangat kompleks, karena ia terdapat dalam bijih bercampur dengan logam lain seperti paladium, perak, platina, dan emas. Rodium dijumpai dalam bijih platina dan dapat diperoleh secara bebas sebagai logam inert putih yang sangat sulit dilebur. Sumber utama unsur ini terletak dalam pasir sungai Pegunungan Ural, di Amerika Utara dan Selatan, serta terdapat juga pada area pertambangan tembaga-nikel sulfida di region Sudbury Basin. Meskipun jumlah di Sudbury sangat sedikit, besarnya jumlah bijih nikel yang diolah membuat perolehan rodium menjadi efisien. Namun, produksi tahunan dunia unsur ini pada tahun 2003 hanya 7 atau 8 ton dan terdapat sangat sedikit mineral rodium.[10]
Paladium ditemukan sebagai logam bebas dan paduan dengan platina dan emas dengan logam golongan platina pada deposit placer Pegunungan Ural di Eurasia, Australia, Ethiopia, Amerika Selatan dan Utara. Namun produksi komersial yang berasal dari deposit nikel-tembaga dijumpai di Afrika Selatan dan Ontario, Kanada. Besarnya volume bijih nikel-tembaga yang diolah membuat ekstrasi ini menguntungkan meskipun konsentrasi Paladium rendah dalam bijih ini.[10]
Produksi logam golongan platina secara individu biasanya dimulai dari residu produksi logam lain dengan campuran beberapa logam tersebut. Salah satu produk awalnya adalah residu anode produksi emas (selain metode refining cepat yang digunakan sekarang), tembaga, atau nikel. Perbedaan dalam reaktivitas kimia dan kelarutan beberapa senyawa logam ini pada ekstraksi digunakan untuk memisahkan mereka.[6]
Pemisahan dimulai dengan melarutkan sampel. Jika digunakan aqua regia, maka terbentuk kompleks Cl. Setiap perak yang ada kemudian dipisahkan dengan pembentukan perak klorida yang tidak larut. Rodium sulfat dipisahkan setelah garam dilebur bersama dengan natrium bisulfat dan dicuci dengan air. Residunya kemudian dilebur bersama dengan natrium peroksida, yang melarutkan seluruh logam dan meninggalkan iridium. Dua logam yang tersisa, rutenium dan osmium, membentuk rutenium dan osmium tetroksida setelah penambahan klor dalam larutan. Osmium tetroksida kemudian dilarutkan dalam natrium hidroksida alkoholik dan dipisahkan dari rutenium tetroksida. Seluruh senyawa kimia final logam ini dapat direduksi menjadi unsur logam menggunakan hidrogen.[6]
Jumlah yang signifikan dari tiga logam golongan platina—rutenium, rodium dan palladium—terbentuk sebagai produk fisi dalam reaktor nuklir.[11] Dengan kenaikan harga dan peningkatan permintaan global, bermunculanlah logam mulia hasil produksi reaktor sebagai sumber alternatif. Berbagai penelitian melaporkan kemungkinan mendapatkan logam mulia hasil pemulihan fisi dari bahan bakar nuklir yang dibuang.[12][13][14]
Jln Platinum 1, Pasir Gudang, Johor Darul Ta'zim, MY
Jalan Nasional Rute 1 merupakan salah satu jaringan jalan nasional yang berada di Pulau Jawa, Sumatra, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Karena nomor rutenya ganjil, jaringan jalan ini memanjang sejajar dengan garis pantai pulau lokasi jalan tersebut.
Pada Pulau Jawa, jalan ini memanjang dari Pelabuhan Merak, Kota Cilegon di bagian barat hingga Pelabuhan Ketapang, Kabupaten Banyuwangi di bagian timur atau dikenal juga sebagai AH 2 Jalur Pantura.
Di Pulau Sumatra, jaringan jalan ini memanjang dari Kota Banda Aceh di bagian utara hingga Pelabuhan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan di bagian selatan. Jalan nasional ini dikenal juga sebagai AH 25 Jalan Raya Lintas Timur Sumatra
Selain itu, di Pulau Bali jaringan jalan ini memanjang dari Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, melewati pantai utara dan timur Pulau Bali hingga Nusa Dua, Kabupaten Badung di bagian selatan.
Jalan Nasional Rute 1 adalah jalan utama di pulau Jawa yang lebih dikenal dengan nama Jalur Pantura (Jalur Pantai Utara). Jalan ini melewati 5 provinsi sepanjang 1.316 km di sepanjang pesisir pantai utara Jawa, yaitu Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Rute ini menghubungkan dua pelabuhan penyeberangan yaitu Merak di ujung Barat pulau Jawa dan Ketapang di ujung Timur pulau Jawa. Merak merupakan pelabuhan penyeberangan menuju Sumatra sementara Ketapang merupakan pelabuhan penyeberangan menuju Bali. Jalan ini juga menjadi bagian dari AH 2.
Jalur ini memiliki signifikansi yang sangat tinggi dan menjadi urat nadi utama transportasi darat, karena setiap hari dilalui 20.000-70.000 kendaraan. Jalur Pantura menjadi perhatian utama saat menjelang Lebaran, di mana arus mudik melimpah dari barat ke timur. Arus paling padat terdapat di ruas Jakarta-Cikampek-Cirebon-Tegal-Semarang. Di Cikampek, terdapat percabangan menuju ke Bandung (dan kota-kota di Jawa Barat bagian selatan). Di Tegal, terdapat percabangan menuju ke Purwokerto (dan kota-kota di Jawa Tengah bagian selatan). Di Semarang, terdapat percabangan menuju ke timur (Kudus-Lamongan-Surabaya-Banyuwangi) dan menuju ke selatan (Yogya-Solo-Madiun-Surabaya). Di Gempol, terdapat percabangan menuju ke timur (Pasuruan-Probolinggo) dan menuju ke selatan (Malang dan kota-kota di bagian selatan Jawa Timur). Di Probolinggo, terdapat percabangan menuju ke timur (Situbondo-Bondowoso-Banyuwangi via utara ) dan menuju ke selatan (Lumajang-Jember-Banyuwangi via selatan).
Jalur tersebut sangat sering dilalui saat mudik lebaran tiap tahunnya dan kini telah dipasangi CCTV agar kondisi lalu lintas dapat dipantau secara online oleh para pemudik. Hal tersebut sangat membantu pemudik untuk menghindari kemacetan dan memilih jalur alternatif lainnya selama arus mudik lebaran. Dengan adanya CCTV online, kepraktisan dan kenyamanan mudik menjadi meningkat.
Jalur ini sebagian besar pertama kali dibuat oleh Daendels yang membangun Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) dari Anyer ke Panarukan pada tahun 1808-an. Tujuan pembangunan Jalan Raya Pos adalah untuk mempertahankan pulau Jawa dari serbuan Inggris. Pada era perang Napoleon, Belanda ditaklukkan oleh Prancis dan dalam keadaan perang dengan Inggris.
Jalur Pantura melintasi sejumlah kota besar di Jawa, selain Jakarta, antara lain Kota Serang, Kota Cirebon, Kota Tegal, Kota Pekalongan, Kota Semarang, Kota Surabaya, Kota Pasuruan, dan Kota Probolinggo.
Rute jalan ini sejajar dengan Jalan Tol Trans Jawa, antara lain ruas:
Jalan Nasional Rute 1 adalah salah satu jaringan jalan nasional di Pulau Sumatra yang dikenal juga sebagai Jalan Raya Lintas Timur (Jalintim). Jalan ini melintasi 6 provinsi di pesisir timur Sumatra yang di antaranya provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung. Rute ini membentang dari utara hingga selatan Sumatra dan sejajar dengan garis pantai pesisir timur Sumatra sehingga bernomor ganjil. Rute ini menghubungkan Kota Banda Aceh di utara dan Pelabuhan Bakauheni, Lampung di selatannya. Jaringan jalan ini menjadi bagian dari AH 25
Jaringan jalan ini diputuskan dibangun pada masa pemerintahan Presiden Soekarno tahun 1965. Pembangunan jaringan jalan ini dianggap sebagai proyek nasional maharaksasa yang saat itu dilaksanakan sepanjang sekitar 2.400 km. Pembangunannya sendiri dibagi menjadi delapan proyek dengan jangka waktu selesai dalam sepuluh tahun.
Bagian ini memerlukan
. Anda dapat membantu dengan
Rute jalan ini sejajar dengan Jalan Tol Trans Sumatra, antara lain ruas:
Jalan Nasional Rute 1 adalah salah satu jaringan jalan di Pulau Bali yang membentang dari Pelabuhan Gilimanuk di barat laut hingga Nusa Dua di tenggaranya. Rute jalan ini sejajar dengan pantai utara dan timur Bali. Jalan rute ini melintasi setidaknya tujuh kabupaten/kota di Bali diantaranya yaitu Kabupaten Jembrana, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Gianyar, Kota Denpasar, dan Kabupaten Badung.
Bagian ini memerlukan
. Anda dapat membantu dengan
Rute jalan ini sejajar dengan satu-satunya jalan tol di Bali, yaitu:
Garis spektrum platina
Platina adalah unsur kimia dengan lambang Pt dan nomor atom 78. Logam transisi putih abu-abu ini padat, lunak, ulet, sangat tidak reaktif, dan berharga. Namanya berasal dari istilah Spanyol platina, yang jika diterjemahkan secara harfiah berarti "perak kecil".[4][5]
Platina adalah anggota unsur golongan platina dan unsur dalam golongan 10 pada tabel periodik. Ia memiliki enam isotop alami. Logam ini adalah salah satu unsur langka di kerak bumi dengan kelimpahan rata-rata sekitar 5 μg/kg. Ia terdapat dalam beberapa bijih nikel dan tembaga bersama dengan beberapa deposit alami, sebagian besar di Afrika Selatan, yang menyumbang 80% dari produksi dunia. Karena kelangkaan dalam kerak bumi, hanya beberapa ratus ton yang diproduksi setiap tahun, dan memberikan manfaat penting, logam ini menjadi sangat berharga dan merupakan komoditas logam mulia[n 1] utama.
Platina adalah logam yang paling kurang reaktif. Daya tahannya yang mengagumkan terhadap korosi, bahkan pada suhu tinggi, membuatnya dinobatkan sebagai logam mulia. Konsekuensinya, platina sering ditemukan sebagai unsur platina alami. Oleh karena ia terdapat secara alami dalam pasir aluvium di berbagai sungai, maka ia digunakan pertama kali oleh penduduk asli Amerika Selatan pra-Kolombia untuk membuat artefak. Tulisan Eropa merujuk pada abad ke-16, tetapi laporan Antonio de Ulloa yang mempublikasikan logam baru di Kolombia pada tahun 1748 menjadi objek penelitian para ilmuwan.
Platina digunakan dalam pengubah katalitik, peralatan laboratorium, kontak listrik dan elektrode, termometer resistensi platina, peralatan kedokteran gigi, dan perhiasan. Oleh karena termasuk logam berat, platina memiliki masalah kesehatan jika terpapar garamnya, namun karena ketahanannya terhadap korosi, platina tidak beracun seperti beberapa logam lainnya.[6] Senyawa yang mengandung platina, seperti sisplatin, oksaliplatin dan karboplatin, digunakan dalam kemoterapi untuk melawan kanker jenis tertentu.[7]
Platina murni adalah logam putih keperakan yang berkilau, ulet, dan dapat ditempa.[8] Platina lebih ulet daripada emas, perak atau tembaga, sehingga paling ulet dibandingkan kebanyakan logam murni lainnya, tetapi kurang lunak daripada emas.[9][10] Logam ini memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap korosi, stabil pada suhu tinggi dan memiliki sifat listrik yang stabil. Platinum bereaksi lambat dengan oksigen pada suhu yang sangat tinggi.[11] Logam ini bereaksi hebat dengan fluor pada 500 °C (932 °F) membentuk tetrafluorida.[12] Logam ini juga diserang oleh klor, brom, iodin, dan belerang. Platina tidak larut dalam asam klorida dan asam nitrat, tetapi larut dalam aqua regia panas membentuk asam kloroplatinat, H.[13]
Karakter fisika serta kestabilan kimianya menjadikannya berguna untuk aplikasi industri.[14] Ketahanannya terhadap keausan dan noda cocok untuk digunakan sebagai perhiasan.
Tingkat oksidasi platina yang paling umum adalah +2 dan +4. Tingkat oksidasi +1 dan +3 kurang umum, dan kadang distabilkan oleh ikatan logam dalam spesies bimetalik (atau polimetalik). Sesuai perkiraan, senyawa platina(II) tetrakoordinasi cenderung mengadopsi geometri segiempat planar 16 elektron. Meskipun unsur platina biasanya tak reaktif, ia larut dalam aqua regia panas membentuk asam kloroplatinat (H):[15]
Sebagai suatu asam lemah, platina mempunyai afinitas besar terhadap belerang, seperti terhadap dimetil sulfoksida (DMSO); sejumlah kompleks DMSO telah dilaporkan dan pemilihan pelarut reaksi harus dilakukan dengan sangat hati-hati.[16]
Platina mempunyai enam isotop alami: 190Pt, 192Pt, 194Pt, 195Pt, 196Pt, dan 198Pt. Isotop yang paling melimpah adalah 195Pt, menyusun 33,83% dari seluruh platina. Itu adalah satu-satunya isotop stabil tanpa spin nol; dengan spin ½, puncak satelit 195Pt sering teramati dalam spektroskopi NMR 1H dan 31P (yaitu, Pt-fosfin dan kompleks Pt-alkil).190Pt adalah yang paling sedikit, hanya 0,01%. Di antara isotop alami, hanya 190Pt yang tidak stabil, meskipun meluruh dengan waktu paruh 6,5×1011 tahun, menyebabkan aktivitas menjadi 15 Bq/kg dari platina alami.198Pt dapat mengalami peluruhan alfa, tetapi peluruhannya tidak pernah teramati (waktu paruh diketahui lebih dari 3,2×1014 tahun); oleh karena itu, ia dianggap stabil. Platina juga memiliki 31 isotop sintetis dalam rentang massa atom dari 166 hingga 202, sehingga total jumlah isotop yang diketahui sebanyak 37. Di antara ini, yang paling tidak stabil adalah 166Pt, dengan waktu paruh 300 µs, sementara yang paling stabil adalah 193Pt dengan waktu paruh 50 tahun. Sebagian besar isotop platina meluruh dengan beberapa kombinasi peluruhan beta dan alfa.188Pt, 191Pt, dan 193Pt meluruh dengan (terutama) tangkapan elektron.190Pt dan 198Pt mengalami jalur peluruhan beta berganda.[17]
Platina adalah suatu logam yang sangat langka,[18] hanya terdapat dengan konsentrasi 0,005 ppm pada kerak Bumi.[19][20] Ia kadang keliru dengan perak (Ag). Platina sering dijumpai tersendiri secara kimia sebagai platina alami dan sebagai alloy dengan logam golongan platina lainnya serta dengan besi. Platina paling sering dijumpai sebagai deposit sekunder pada deposit aluvial. Deposit aluvial yang digunakan oleh bangsa pra-Kolombia di Chocó Department, Kolombia masih merupakan sumber logam golongan platina hingga sekarang. Deposit aluvial besar lainnya adalah di Pegunungan Ural, Rusia, dan masih ditambang hingga sekarang.[13]
Pada deposit nikel dan tembaga, logam golongan platina terdapat sebagai sulfida (misalnya, (Pt,Pd)S), telurida (misalnya, PtBiTe), antimonida (PdSb), dan arsenida (misalnya, PtAs2), dan sebagai alloy dengan nikel atau tembaga. Platina arsenida, sperrylite (PtAs2), adalah sumber platina utama yang terkait dengan bijih nikel dalam deposit Sudbury Basin di Ontario, Canada. Di Platinum, Alaska, sekitar 17.000 kg (550.000 ozt) telah ditambang antara tahun 1927 dan 1975. Tambang tersebut berhenti beroperasi pada tahun 1990.[21] Mineral sulfida yang langka, cooperite, (Pt,Pd,Ni)S, mengandung platina bersama dengan paladium dan nikel. Cooperite terdapat di Merensky Reef di sekitar kompleks Bushveld, Gauteng, South Africa.[22]
Pada tahun 1865, chromite diidentifikasi di region Bushveld, Afrika Selatan, diikuti dengan penemuan platina pada tahun 1906.[23] Cadangan primer terbesar yang diketahui berada di kompleks Bushveld di Afrika Selatan.[24] Deposit tembaga–nikel yang besar di dekat Norilsk, Russia, dan Sudbury Basin, Canada, adalah dua lokasi deposit besar lainnya. Di Sudbury Basin, jumlah bijih nikel yang sangat besar yang diproses membuktikan fakta bahwa platina hanya ada sekitar 0,5 ppm di dalam bijih. Cadangan yang lebih kecil dapat dijumpai di Amerika Serikat,[24] misalnya di Absaroka Range, Montana.[25] Pada tahun 2010, Afrika Selatan adalah produsen puncak platina, dengan pangsa pasar hampir 77%, diikuti oleh Rusia dengan 13%; produksi dunia pada tahun 2010 adalah 192.000 kg (423.000 pon; 192 t).[26]
Deposit platina terdapat di negara bagian Tamil Nadu, India.[27] dan sebuah MOU telah ditandatangani antara Geological Survey of India dengan TAMIN – Tamil Nadu Minerals Ltd.[28]
Platina dengan kelimpahan yang lebih tinggi terdapat di Bulan dan meteorit. Sejalan dengan itu, platina ditemukan sedikit lebih melimpah di situs benturan bolide dengan Bumi yang terkait dengan hasil vulkanisme pasca-benturan, dan dapat ditambang secara ekonomis; Sudbury Basin adalah salah satu contohnya.[29]
Asam heksakloroplatinat yang disebut di atas kemungkinan adalah senyawa platina paling penting, karena ia bertindak selaku prekursor untuk banyak senyawa platina lainnya. Asam heksakloroplatinat sendiri memiliki beragam aplikasi dalam fotografi, seng etsa (bahasa Inggris: zinc etchings), tinta yang tak dapat dihapus, pelapisan, cermin, porselin, pewarna, dan katalis.[30]
Perlakuan asam heksakloroplatinat dengan garam amonium, seperti amonium klorida, menghasilkan amonium heksakloroplatinat,[15] yang relatif tak larut dalam larutan amonium. Pemanasan garam amonium ini dengan adanya hidrogen mereduksinya menjadi unsur platina. Kalium heksakloroplatinat juga tak larut, dan asam heksakloroplatinat telah digunaka dalam penentuan ion kalium dengan cara gravimetri.[31]
Ketika asam heksakloroplatinat dipanaskan, ia terdekomposisi menjadi unsur platina melalui tahapan pembentukan platina(IV) klorida dan platina(II) klorida terlebih dahulu, meskipun reaksinya tidak terjadi secara bertahap:[32]
Ketiga reaksi di atas adalah reaksi bolak-balik. Platina(II) dan platina(IV) bromida juga telah dikenal. Platina heksafluorida adalah oksidator kuat yang mampu mengoksidasi oksigen.
Platina(IV) oksida, PtO2, dikenal juga sebagai katalis Adams, adalah suatu serbuk hitam yang larut dalam larutan KOH dan asam pekat.[33] PtO2 dan PtO, yang kurang umum, keduanya terdekomposisi pada pemanasan.[8] Platina(II,IV) oksida, Pt3O4, terbentuk melalui reaksi berikut:
Tidak seperti paladium asetat, platina(II) asetat tidak tersedia secara komersial. Jika diinginkan dalam bentuk basa, halida ini telah digunakan dalam gabungan dengan natrium asetat.[16] Penggunaan platina(II) asetilasetonat telah pula dilaporkan.[34]
Beberapa barium platinida telah disintesis di mana platina menunjukkan tingkat oksidasi negatif antara −1 hingga −2. Ini termasuk BaPt, Ba, dan Ba.[35] Sesium platinida, Cs, suatu senyawa kristal transparan berwarna merah gelap[36] menunjukkan mengandung anion Pt2−.[37] Platina juga menunjukkan tingkat oksidasi negatif pada permukaan yang direduksi secara elektrokimia.[38] Tingkat oksidasi negatif yang ditunjukkan oleh platina tidak biasa untuk unsur-unsur logam, dan mereka teratribusi dengan stabilisasi relatif orbital 6s.[37]
Garam Zeise, mengandung ligan etilena, adalah salah satu dari first senyawa organologam pertama yang ditemukan. Dikloro(siklookta-1,5-diena)platina(II) adalah kompleks olefin yang tersedia secara komersial, yang mengandung ligan cod yang dapat diganti (cod singkatan dari (Inggris) 1,5-cyclooctadiene). Kompleks cod dan halidanya cocok sebagai titik awal menuju kimia platina.[16]
Cisplatin, atau cis-diaminadikloroplatina(II) adalah senyawa pertama dalam deret platina(II) segiempat planar yang mengandung obat kemoterapi, termasuk carboplatin dan oxaliplatin. Senyawa-senyawa ini mampu membentuk ikatan silang dengan DNA, dan membunuh sel-sel dengan cara yang sama dengan zat kemoterapi pengalkilasi.[39]
Para arkeolog telah menemukan jejak platina dalam emas yang digunakan dalam makam Mesir kuno dan huruf hieroglif berkalender awal 1200 SM. Namun, keberlanjutan pengetahuan Mesir tentang logam ini masih belum jelas. Cukup mungkin mereka tidak mengenali adanya platina dalam emas mereka.[40]
Logam ini digunakan oleh bangsa Amerika pra-Kolombia di dekat Esmeraldas, Ekuador saat ini untuk membuat artefak berbahan aloy emas putih-platina. Mereka menerapkan sistem metalurgi serbuk yang relatif canggih. Platina yang digunakan dalam objek-objek semacam ini bukanlah unsur murni, tetapi merupakan campuran alami logam-logam golongan platina, dengan sejumlah kecil paladium, rodium, dan iridium.[41]
Referensi Eropa pertama tentang platina muncul pada 1557 dalam tulisan-tulisan humanis Italia Julius Caesar Scaliger yang dideskripsikan sebagai logam mulia yang tidak diketahui ditemukan di antara Darién dan Meksiko, "belum ada api maupun kecerdasan Spanyol yang mampu mencairkannya".[42] Sejak penemuan pertama mereka dengan platina, bangsa Spanyol umumnya melihat logam ini sebagai semacam pengotor dalam emas, dan diperlakukan seperti itu. Logam itu sering hanya dibuang, dan ada keputusan resmi yang melarang pemalsuan emas dengan pengotor platina.[41]
Pada tahun 1741, Charles Wood,[43] seorang ilmuwan metalurgi berkebangsaan Inggris, menemukan beragam berbagai sampel platina Kolombia di Jamaika, sehingga mengirim William Brownrigg untuk penyelidikan lebih lanjut. Antonio de Ulloa, yang juga berjasa dengan penemuan platina, kembali ke Spanyol dari French Geodesic Mission pada tahun 1746 setelah berada di lokasi misi selama delapan tahun. Catatan sejarahnya tentang ekspedisi termasuk deskripsi platina sebagai tidak dapat dipisahkan maupun dikalsinasi. Ulloa juga mengantisipasi penemuan tambang platina. Setelah mempublikasikan penelitiannya pada tahun 1748, Ulloa tidak melanjutkan penyelidikan logam baru tersebut. Pada tahun 1758, ia dikirim untuk memimpin operasi tambang raksa di Huancavelica.[42]
Pada tahun 1750, setelah meneliti platina yang dikirim oleh Wood, Brownrigg mempresentasikan detail penelitian logam ini kepada Royal Society, dan menyatakan bahwa ia belum melihat penelitian sebelumnya, tentang mineral-mineral yang telah diketahui, yang menyebutkan logam hasil temuannya itu.[44] Brownrigg juga mencatat tentang titik lebur platina yang sangat tinggi. Kimiawan lain seantero Eropa segera mulai meneliti platina, termasuk Andreas Sigismund Marggraf,[45] Torbern Bergman, Jöns Jakob Berzelius, William Lewis, dan Pierre Macquer. Pada tahun 1752, Henrik Scheffer mempublikasikan sebuah deskripsi ilmiah terperinci tentang logam ini, yang ia rujuk sebagai "emas putih", termasuk sebuah penelitian tentang keberhasilannya melebur bijih platina dengan bantuan arsen. Scheffer menjelaskan platina sebagai logam yang lebih sulit dipotong daripada emas, tetapi memiliki ketahanan yang sama terhadap korosi.[42]
Carl von Sickingen meneliti platina lebih mendalam pada tahun 1772. Ia berhasil membuat platina lentur dengan memadukannya dengan emas, melarutkan aloy tersebut dengan aqua regia, mengendapkan platina dengan amonium klorida, menyalakan amonium kloroplatinat, dan memalu platina yang terpisah untuk membuatnya menyatu. Franz Karl Achard membuat krus platina pertama pada tahun 1784. Ia menggunakan platina dengan cara meleburnya menggunakan arsen, kemudian menguapkan arsennya.[42]
Oleh karena anggota keluarga platina lainnya belum diketemukan (platina adalah yang pertama), Scheffer dan Sickingen membuat asumsi yang keliru tentang kekerasannya—yang lebih disebabkan oleh besi murni—platina menjadi bahan yang relatif keras, bahkan rapuh, ketika kelenturan dan elastisitasnya mendekati emas. Asumsi mereka tidak dapat dihindari karena platina yang digunakan dalam percobaan mereka sangat terkontaminasi dengan unsur-unsur keluarga platina lainnya seperti osmium dan iridium, yang menyebabkan aloy platina menjadi rapuh. Perpaduan residu platina tak murni ini, disebut "plyoksen", dengan emas merupakan satu-satunya cara pada saat itu untuk mendapatkan senyawa yang lunak, tetapi sekarang, platina dengan tingkat kemurnian tinggi telah tersedia dan kabel yang sangat panjang dapat dibuat dari platina murni, sangat mudah karena struktur kristalnya yang sama dengan kebanyakan logam lunak lainnya.[46]
Pada tahun 1786, Charles III dari Spanyol menyediakan sebuah perpustakaan dan laboratorium kepada Pierre-François Chabaneau untuk membantu penelitiannya pada platina. Chabaneau berhasil menghilangkan sejumlah ketakmurnian dari bijih, termasuk emas, raksa, timbal, tembaga, dan besi. Ini membuatnya meyakini bahwa ia tengah bekerja dengan sebuat logam tunggal, tetapi pada kenyataannya bijih tersebut masih mengandung logam-logam golongan platina yang belum diketahui. Hal ini mengakibatkan hasil percobaannya tidak konsisten. Suatu saat, platina tampak lunak, tetapi ketika dipadu dengan iridium, ia menjadi sangat rapuh. Kadang-kadang logamnya tidak dapat terbakar, tetapi ketika dipadu dengan osmium, menjadi menguap. Setelah beberapa bulan, Chabaneau berhasil memproduksi 23 kg (50,71 pon) platina murni serta lunak dengan cara memalu dan menekan sponsnya ketika masih putih membara. Chabeneau menyadari platina akan berharga dalam pembuatan berbagai objek, sehingga ia segera memulai bisnis dengan Joaquin Cabezas untuk memproduksi platina ingot dan perkakas platina. Ini merupakan dimulainya "abad platina" di Spanyol.[42]
Pada tahun 2007, Gerhard Ertl memenangkan Nobel Kimia untuk penentuan detail mekanisme molekular oksidasi katalitik karbon monoksida menggunakan platina (sebagai pengubah katalitik).[47]
Platina, bersama dengan logam golongan platina sisanya, secara komersial diperoleh sebagai produk samping dari penambangan dan pemrosesan nikel dan tembaga. Selama elektrorefining tembaga, logam mulia seperti perak, emas dan logam golongan platina serta selenium dan telurium mengendap di dasar sel sebagai "lumpur anode", yang merupakan titik tolak ekstraksi logam golongan platina.[50]
Jika platina murni ditemukan dalam placer deposit atau bijih lainnya, ia dapat diisolasi dari mereka dengan berbagai metode pengurangan ketakmurnian. Karena platina secara signifikan lebih padat daripada banyak ketakmurnian, ketakmurnian yang lebih ringan dapat dihilangkan dengan hanya mengapungsingkirkan mereka dalam cairan. Platina bersifat paramagnetik, sedangkan nikel dan besi keduanya feromagnetik. Kedua ketakmurnian ini kemudian dihilangkan dengan mengalirkan elektromagnet di atas campuran. Oleh karena platina mempunyai titik leleh lebih tinggi daripada sebagian besar zat lainnya, banyak ketakmurnian yang dapat dibakar atau dilebur tanpa melelehkan platina. Terakhir, platina tahan terhadap asam klorida dan asam sulfat, sementara zat lain mudah diserang oleh kedua asam ini. Ketakmurnian logam dapat dihilangkan dengan mengaduk campuran dalam salah satu dari kedua asam ini, dan memulihkan platina yang tertinggal.[51]
Satu metode yang mudah untuk pemurnian platina kasar, yang mengandung platina, emas, dan logam golongan platina lainnya, adalah dengan mengolahnya menggunakan aqua regia, yang dapat melarutkan paladium, emas dan platina, sementara osmium, iridium, rutenium dan rodium tidak bereaksi. Emas diendapkan dengan penambahan besi(II) klorida dan setelah emas dipisahkan dengan cara penyaringan, platina diendapkan sebagai amonium kloroplatinat dengan penambahan amonium klorida. Amonium kloroplatinat dapat dikonversi menjadi platina dengan pemanasan.[52] Heksakloroplatinat(IV) yang tak mengendap dapat direduksi dengan seng unsur, dan platina diperoleh dengan metode yang sama seperti yang dilakukan dalam pemulihan residu platina skala laboratorium.[53]
Dari 224 ton platina yang dijual pada tahun 2013, 101 ton digunakan untuk peralatan pengendali emisi kendaraan (45%), 66,3 ton untuk perhiasan (30%), 19,4 ton untuk produksi bahan kimia dan pengolahan minyak bumi (8,7%), dan 5.88 ton untuk aplikasi elektronik seperti hard disk drive (2,6%). Sebanyak 31,4 ton sisanya digunakan untuk beragam aplikasi minor lainnya, seperti obat-obatan dan biomedis, pembuatan peralatan gelas, investasi, elektrode, obat antikanker, sensor oksigen, busi dan mesin turbin.[54]
Platina paling banyak digunakan sebagai katalis dalam reaksi kimia, sering kali sebagai platina hitam. Unsur ini telah digunakan sebagai katalis sejak awal abad ke-19, ketika serbuk platina digunakan untuk mengkatalisis pengapian hidrogen. Aplikasi paling penting adalah dalam otomotif sebagai pengubah katalitik (catalytic converter), yang memungkinkan pembakaran lengkap hidrokarbon yang tak terbakar berkonsentrasi rendah dari knalpot menjadi karbon dioksida dan uap air. Platina juga digunakan dalam industri minyak bumi sebagai katalis dalam sejumlah proses pemisahan, tetapi terutama dalam pembentukan ulang berkatalisis (catalytic reforming) nafta rantai lurus menjadi bensin berkadar oktana yang lebih tinggi sehingga menjadi kaya senyawa aromatik. PtO2, yang juga dikenal sebagai katalis Adams, digunakan sebagai katalis hidrogenasi, terutama untuk minyak sayur.[30] Platina juga mengkatalisis dekomposisi hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen[55] dan digunakan dalam sel bahan bakar[56] sebagai katalis untuk mereduksi oksigen.[57]
Mulai 1889 hingga 1960, meter didefinisikan sebagai panjang batang logam paduan platina-iridium (90:10), dikenal sebagai batang Meter Prototipe Internasional. Batang sebelumnya dibuat dari platina pada tahun 1799. Kilogram Prototipe Internasional tetap didefinisikan dengan tabung logam paduan platina-iridium yang dibuat pada tahun 1879.[58]
Elektrode hidrogen standar juga menggunakan elektrode platina berlapis platina mengingat ketahanannya terhadap korosi serta sifat-sifat lainnya.[59]
Platina adalah komoditas logam berharga; bulionnya mempunyai kode mata uang ISO XPT. Koin, batangan, dan ingot diperdagangkan atau dikoleksi. Platina juga digunakan dalam perhiasan, biasanya sebagai logam paduan 90–95%, karena sifat inertnya. Ia digunakan untuk investasi sebagai prestise dan nilai bulionnya yang inheren. Publikasi perdagangan perhiasan menyarankan para pengrajin perhiasan untuk menunjukkan goresan-goresan kecil pada permukaan (yang mereka sebut patina) sebagai fitur yang diinginkan dalam percobaan untuk mendongkrak nilai produk platina.[60][61]
Dalam industri arloji, Vacheron Constantin, Patek Philippe, Rolex, Breitling, dan perusahaan lainnya menggunakan platina untuk memproduksi seri limited edition arloji mereka. Para pengrajin arloji mengapresiasi sifat-sifat unik platina, karena tidak mudah bernoda maupun aus (yang disebut terakhir relatif terhadap emas).[62]
Harga platina, seperti komoditas industri lainnya, lebih volatil daripada emas. Pada tahun 2008, harga platina terpuruh dari $2.252 ke $774 per oz,[64] kerugian hampir ⅔ dari nilainya. Sebaliknya, harga emas jatuh dari ~$1,000 ke ~$700/oz pada periode yang sama, hanya kehilangan ⅓ dari nilainya.
Selama periode ekonomi stabil dan tumbuh secara berkelanjutan, harga platina cenderung dua kali harga emas, sementara selama periode ekonomi tak menentu,[65] harga platina cenderung turun karena berkurangnya permintaan industri, jatuh di bawah harga emas. Harga emas lebih stabil dalam periode ekonomi yang melambat, karena emas dianggap sebagai perlindungan yang aman. Meskipun emas digunakan dalam aplikasi industri, permintaannya tidak terlalu terpengaruh oleh penggunaan industri, Pada abad ke-18, kelangkaan platina membuat Raja Louis XV dari Prancis menitahkan bahwa platina adalah satu-satunya logam yang cocok bagi raja.[66]
Dalam laboratorium, kawat platina digunakan sebagai elektrode, cawan dan penyangga platina digunakan dalam analisis termogravimetri karena persyaratan ketat tentang keinertan bahan kimia pada pemanasan temperatur tinggi (~1000 °C). Platina digunakan sebagai logam pemadu dalam beragam produk logam, termasuk kabel berkualitas tinggi, wadah laboratorium tahan korosi, peralatan medis, prostesis gigi, kontak listrik, dan termokopel. Platina-kobalt, suatu logam paduan dengan komposisi tiga bagian platina dan satu bagian kobalt, digunakan untuk membuat magnet permanen yang relatif kuat.[30] Anode berbasis platina digunakan pada kapal, pipa, dan dermaga baja.[13]
Langkanya platina sebagai logam menyebabkan marketing mengasosiasikannya dengan eksklusivitas dan kemakmuran. Kartu kredit dan debit "Platinum" memiliki keistimewaan lebih besar daripada kartu "gold".[67] "Penghargaan platinum" adalah rangking kedua tertinggi di atas "emas", "perak" dan "perunggu", tetapi berada di bawah "diamond". Misalnya, di Amerika Serikat, album musik yang terjual lebih dari 1 juta kopi akan diberi penghargaan "platinum", sementara albuh yang terjual lebih dari 10 juta kopi mendapat penghargaan "diamond".[68] Beberapa produk, seperti blender dan kendaraan, dengan aksen warna putih keperakan diidentifikasi sebagai "platinum". Platina dianggap sebagai logam berharga, meskipun pemanfaatannya tidak selumrah penggunaan emas atau perak. Bingkai Mahkota Ratu Elizabeth The Queen Mother, yang dibuat untuk penobatan dirinya sebagai Permaisuri Raja George VI, terbuat dari platina. Itu merupakan mahkota pertama kerajaan Inggris yang terbuat dari logam ini.[69]
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, paparan jangka pendek pada garam-garam platina dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, dan tenggorokan, sementara paparan jangka panjang akan menyebabkan alergi pada saluran pernapasan dan kulit. Standar K3 saat ini adalah 2 mikrogram per meter kubik udara rata-rata selama 8 jam kerja per hari.[70] National Institute for Occupational Safety and Health telah menetapkan batas paparan yang direkomendasikan untuk platina adalah 1 mg/m3 selama 8 jam kerja.[71]
Zat antineoplastik berbasis platina digunakan dalam kemoterapi, dan menunjukkan aktivitas yang baik melawan beberapa tumor.
Oleh karena platina adalah katalis dalam pembuatan karet silikon dan komponen gel beberapa jenis implan medis (implan payudara, prostetik pengganti sendi, cakram lumbar buatan, port akses vaskular, dll.), kemungkinan platina dapat masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan efek kesehatan menjadi penelitian serius. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat dan institusi lainnya telah meninjau isu dan menemukan tidak ada bukti yang mengarah pada keracunan in vivo.[72][73]
Wikimedia Commons memiliki media mengenai
di kamus bebas Wiktionary.
Very nice, large quantity of food, spacious parking spot, and the design is very arabic.
PT Waskita Karya (Persero) Tbk menyampaikan jalan Tol Bayung Lencir-Tempino Seksi 1 yang berada di Provinsi Jambi telah selesai dibangun. Dengan rampungnyq jalan tol ini, waktu tempuh dari Jambi ke Palembang hanya memakan waktu 15 menit.
Corporate Secretary Waskita Karya Ermy Puspa Yunita mengatakan jalan Tol Bayung Lencir-Tempino Seksi 1 merupakan jalan tol pertama yang menghubungkan daerah Jambi ke Palembang, hingga Lampung. Proyek itu nantinya akan menambah panjang Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), sekaligus mengawali kelanjutan pembangunan JTTS Tahap II.
Proyek Strategis Nasional (PSN) senilai Rp 640 miliar ini dibangun dengan skema Kerja Sama Operasi (KSO) tiga perusahaan, Waskita Karya, Adhi karya dan Jaya Konstruksi. Total panjangnya mencapai 7,6 kilometer (km) dengan akses tol sepanjang 2,9 km.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan adanya jalan tol ini, jarak tempuh sepanjang 65 kilometer (km) dari Bayung Lencir ke Jambi yang semula dua jam, kini bisa ditempuh hanya dalam waktu 15 sampai 30 menit. Waktu tempuh yang lebih cepat tersebut diyakini akan meningkatkan ekonomi daerah kecamatan Bayung Lencir," ujar Ermy dalam keterangannya, Jumat (4/10/202).
Ia menambahkan jalan tol Bayung Lencir-Tempino memiliki multiplier efek, seperti memudahkan aliran barang dan jasa sehingga mempercepat perputaran roda ekonomi di Jambi. Selain itu, mobilitas warga Bayung Lencir ke Jambi serta dari Jambi ke Bayung Lencir semakin tinggi.
"Dengan adanya pemerataan ekonomi ini, maka diharapkan dapat memberikan pengaruh besar pada sektor pariwisata dan lapangan pekerjaan. Apalagi transportasi Jambi-Palembang menjadi lebih singkat dari sebelumnya tujuh sampai delapan jam menjadi empat sampai lima jam saja," tambahnya.
Selama proses pembangunan Jalan Tol Bayung Lencir-Tempino Seksi 1, lanjutnya, pihaknya menerapkan inovasi berupa improvisasi metode penggunaan Selected Borrow Material (Capping Layer). Metode ini mampu memberikan nilai tambah lebih baik di dalam pekerjaan tersebut.
"Implementasi inovasi ini diharapkan dapat mendorong peningkatan efisiensi biaya operasional dan pengadaan material dalam konteks pelaksanaan, serta dengan mutu sesuai spesifikasi yang sudah ditentukan," jelasnya.